Gubernur Riau Terpesona Tradisi Makan Beghanyut: Wisata Budaya Siak yang Layak Dikembangkan

Siak | Riauindependen.co.id | Sebuah momen unik dan berkesan terjadi usai pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Siak periode 2024–2030, Afni Zulfian dan Syamsurizal, yang berlangsung di Kabupaten Siak. Dalam rangkaian acara tersebut, para undangan diajak mengikuti tradisi khas Melayu Siak, yaitu “Makan Beghanyut”, sebuah konsep wisata kuliner di atas perahu yang menyusuri Sungai Siak, (4/5/2025).

Gubernur Riau Abdul Wahid turut hadir dan mengaku sangat terkesan dengan konsep makan beghanyut ini. “Wisata ini sangat unik. Biasanya kita makan di daratan, tapi di Siak kita makan di atas sampan sambil hanyut mengikuti arus sungai, melihat peninggalan sejarah, dan menikmati kuliner khas Melayu,” ujarnya.

Tradisi makan beghanyut ini menggabungkan tiga unsur kuat: kuliner, sejarah, dan budaya. Para tamu duduk di atas perahu kecil yang bergerak perlahan mengikuti aliran sungai, sembari disuguhi masakan otentik seperti asam pedas patin, pepes ikan, daun ubi tumbuk, gulai tanak, sambal belacan, hingga buah segar.

Acara dilaksanakan di Sungai Siak, tepat setelah pelantikan kepala daerah pada awal Juni 2025. Sungai ini memiliki nilai historis tinggi bagi masyarakat Siak, yang dulunya menggantungkan hidup dari hasil perikanan.

Menurut Bupati Siak Afni Zulfian, konsep ini dihadirkan bukan sekadar atraksi wisata, tetapi juga upaya melestarikan warisan budaya. “Kami ingin membangkitkan memori kolektif masyarakat Siak sekaligus menarik minat wisatawan. Sungai ini dulunya tempat kami bermain dan orang tua mencari nafkah. Makan beghanyut adalah warisan yang hidup,” ucapnya.

Gubernur Riau menegaskan dukungan penuh terhadap pengembangan wisata lokal berbasis budaya ini. “Selain Istana Siak dan Tangsi Belanda, makan beghanyut bisa menjadi ikon baru pariwisata Riau,” tegas Abdul Wahid.

Acara ini digagas langsung oleh Pemerintah Kabupaten Siak melalui inisiatif Bupati terpilih, bekerja sama dengan masyarakat lokal, pelaku UMKM kuliner, dan tokoh budaya setempat.**/t




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Optimized by Optimole